myimage.id | Tari Bedhaya Free Bridle adalah sebuah tari garapan yang disusun dari sebuah metafora perjalanan tubuh yang bermigrasi, mengembara dalam menjalankan tugas untuk melihat, berpikir dan menghargai keberadaan ruang kecil yang dengan sengaja atau tidak sengaja selalu ada di dalam satu ruangan besar.Dasar tarian ini berpijak atau terispirasi dari Tari Bedhaya yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Tarian ini juga mengungkapkan bagaimana tiap individu atau manusia menyikapi hak asasinya dengan pikiran, imajinasi yang sangat personil.
Tari Bedhaya Free Bridle ditarikan oleh Studio Taksu Solo yang kali ini tampil di acara SIPA 2018, sebagai salah satu performance pembuka acara pada hari Kamis tanggal 6 September 2018 pada pukul 19.00 wib sampai selesai.
SIPA 2018 merupakan sebuah pagelaran seni dan budaya International yang ke X yang digelar di Benteng Vastenburg Surakarta dengan mengambil tema “We are the world, We are the nations” yang memiliki arti satu bangsa dan satu dunia.
Studio Taksu Solo adalah sebuah kelompok atau komunitas yang berdiri sejak 1995 yang didirikan oleh (Alm) Busi S Susilo, Eko Supendi, Hengki S Rivai dan Djarot B. Darsono. Keberadaannya berdasarkan pada rasa dan keinginan bersama untuk selalu mengadakan proses berkesenian dalam hal ini adalah kehidupan seni pertunjukan yang disikapi secara profesional.
Ragam gerak dalam Tari Bedhaya Free Bridle menggabungkan antara ragam tari klasik bedhaya dengan ragam tari kontemporer yang dikembangkan secara dinamis dan variatip sehingga menciptakan sebuah tarian baru dengan masih mengandung dan tidak mengilangkan ezensi tari bedhaya.
Pola lantainya juga sangat dinamis yang tidak hanya simetris, tapi masih mengacu pada pola lantai tari bedhaya mulai dari pola montor mabur, jejer wayang dan rakit tigo-tigo yang semuanya digarap dan mengikuti perkembangan jaman sehingga kesan dinamis dan variatifnya sangat terasa sekali.
Tari Bedhaya Free Bridle dalam komposisinya 9 penari mewakili hasrat pencapaian kestabilan mental dan spiritual seorang yang sudah mencapai tatanan kesempurnaan hidup dan menjadikan dirinya seakan menjadi manusia seutuhnya (sejati jatining manungso).
Busana yang dikenakan di dalam tarian ini menggunakan busana garapan dalam bentuk dodotan alit dengan warna merah dengan kombinasi hijau, dengan asesoris seperti kalung, slepe, gelang, sampur warna hijau dengan rambut disanggul. Properti yang digunakan adalah tongkat dengan warna merah.
Iringan lagunya juga garapan yang mengabungkan antara musik tradisonal gamelan klasik Jawa dengan alat musik kontemporer, sehingga terciptalah sebuah aransemen iringan musik yang kekinian.
Tari Bedhaya Free Bridle.
1 | Persembahan | : | Studio Taksu Solo |
2 | Kareografi | : | Djarot Budi Darsono |
3 | Penari | : |
2. Nataliawati Fajar Prastiani 3. Fitria Trisna Murti 4. Laras Wiswalendya 5. Yudha Rena Mahanani 6. Sri Hastuti 7. Putri Novalita 8. Ayun Anindita Setya Wulan 9. Indriana Arninda Dewi |
4 | Penari dalam kain | : | Muklis |
5 | Musik Ilustrasi | : | Sigit Pratama |
6 | Artistik | : | Ali Maksum |
7 | Penata Cahaya | : | Munawar Edy |
Sebuah tarian yang memberikan makna bahwa manusia harus dapat mengetahui, memahami serta waspada terhadap keinginan dan keyakinan pada dirinya, sehingga bisa menempatkan dirinya dimana saja atau sadar akan sangkan paraning dumadi. (Soebijanto/reog biyan)
Maaf itu kurang penata cahaya munawar edy dan
Aktor dalam kain nama nya muhklis
Makasih mas..:-)
ok mas, nanti saya tambhakan, terima kasih informasinya