myimage.id | Om Swastiastu, Namo Buddhaya, sugeng enjing, sugeng kewarasan sedoyo. Kasih ibu sepanjang masa yang tak lekang oleh waktu dan tidak minta harap untuk kembali. Ya, semua ini terlihat di Tari Mengayun yang merupakan sebuah tarian yang didalamnya menceritakan tentang rasa sepi, sendiri, rindu akan ayunan atau timangan dari orang tua dengan kasih sayang yang dirasakan seperti gelombang ombak di lautan yang tak ada hentinya.Di sepanjang hidup manusia pasti pernah merasakan kerinduan, kehilangan arah dan pastinya akan kembali kepada kasih orang terdekat yaitu ibu yang melahirkannya. Dan setiap orang pasti mengalaminya semua gelombang ini seperti ombak dilaut yang tidak pernah berhenti.
Tarian ini diciptakan oleh Dimas Eka Prasinggih pada tahun 2018-2019, yang ide gagasan awalnya berangkat dari anak-anak yang terbengkelai, gerak zapin yang menggelombang dan fenomena gerakan gelombang ombak air laut.
Komposisi dalam Tari Mengayaun ini lebih menggambarkan gerakan ombak dilaut yang tiada henti seperti kasih sayang ibu kepada anaknya yang tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagaikan sinar matahari menyinari kehidupan ini.
Dimas Eka Prasinggih lahir di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, tanggal 23 agustus 1996, beberapa karya yang telah dihasilkan diantaranya Nadir yang menceritakan tantang titik terendah pada salah satu fase bipolardisorder dan Scizo yang menceritakan tentang ruang imajinasi serta delusi yang dialami para penderita scizofrenia.
Tari Mengayun ini dipentaskan pada Ujian Bimbingan Karya yang diselenggarakan oleh Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta di Theater Besar ISI Surakarta, Jalan Ki Hajar Dewantara No. 19 Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2019, mulai pukul 19.30 wib sampai selesai.
Gerak dalam tarian ini mendekontruksi kembali ragam gerak-gerak tari zapin pesisir yang identik dengan pola mengayun atau menggelombang sesuai dengan kondisi geografis yang berkembang di wilayah maritim yang diterjemahkan dalam bentuk pola ombak laut.
Busana yang dikenakan dalam tarian ini sangat simple dengan menggunakan ornamen yang tidak berlebihan seperti celana pendek coklat dengan potongan kain pendek merah, dengan maksud agar gerak para penarinya lebih leluasa. Sedangkan riasanya menggunakan rias natural, disini ingin lebih menonjolkan karakter dari para penarinya agar lebih alami.
Iringan musik yang mengiringi menggunakan musik melayu seperti gambus dan kecapi yang digabungkan dengan jenis musik MIDI (modern), sehingga menghasilkan paduan yang serasi untuk mengiringi tarian ini.
Tari Mengayun.
1 | Koreografer | : | Dimas Eka Prasinggih |
2 | Komposer | : | Bagus Twu |
3 | Assistant Komposer | : | Ucil |
4 | Penari | : | Dimas, Arum, Dani, Menthari, Zufar |
5 | Penata Lampu | : | Yayan |
6 | Penata Artistik | : | Mur dan Yayan |
7 | Team Produksi | : | Mala dan Elsa |
Sebuah pagelaran tari yang mengungkap tentang gelombang emosi manusia didunia ini, mulai dari kerinduan, kesepian, kegembiraan dan kebahagian yang itu semua muncul bagai gelombang air laut yang tiada henti dikehidupan ini, ujar Dimas Eka Prasinggih. (Soebijanto/reog biyan)